Monday, February 6, 2012

Suara Kapit : Ceritera Seorang Tua di Pinggir Upaya



“Ini bukan kisah dogeng.”
Kuraup titis lelah pamit di muka
dari urat saraf hingga ke kulit tua
mengusir hembusan kalbu nan mengetar
jauh membungkam seketul hati
persis lambaian desaku dahulu
selalu membelai lembut rambutku
dingin membentuk kabus di kalbu.

Katanya lagi,
“Dulu bukannya begini
kami punya hakiki
punya nubari, ada harga diri.”
Ulas kuntum di bibir
buat kurasa tidak terpinggir
jauh rasa hendak diusir.
“Dan tanganmu itu?”
Kusinggahkan pandang di balutan
kutahu Dia ingin berteman.

Seorang Tua di pinggir waktu
terungkap resah menyelimuti kalbu,
“Kami tiada punya upaya,
tidak memiliki masa,
jadi rela kami mendukung paksa
bahagia dalam merana itu terbiasa.
Tangan ini jadi bukti
harus sesekali mengusung mimpi.”
(Langsung didepanya ke udara)

Kusapu debu memugari mimpi,
kembali mandala dibusa purnama
purba bangkit di celah kota, bercerita
Egypt, empayar kuasa teguh berdiri
Firaun pernah duduk dan bertakhta
mandala Khatulistiwa lena dicerca
jadi pasir katanya berharga, atasi mutiara,
Pyramid bisu langsung dipuja tapi ternoda
siapa sangka, sirna pasti dek masa, maha berkuasa?

Dan di sini,
di daerah Kapit nan terasing
kuterbuka peta lama
akankah ia coretan abadi?
Dicumbui hati yang melenting
atas pembangunan yang dipuja
menghanyutku dalam dilema
sedang petanya compang-camping
harus kubuka segala isinya, biarkan saja.
Langsung,
kuhimpun titisan alam
kala musim luruh di penghujung
wajahnya kelam dan berbalam
bungkam tiada mampu terhitung
jauh nun di luar sana
sekelumit rasa rasa tercerna
Sungai Rajang kudengari bicara,
“Mengapa hujan, badan yang terdera?”

Pusaran dingin aircond yang mencapah
menerobosi lembut tengkorok kepala
menghimpitku di sofa lembut
seketika kulupa teman di sebelah
terlontar jauh membadai gelora
mencelah di antara ‘rebak’ hanyut.
“Ah! Begini watak ia,
Di hilir kering, hulu jadi muara
angkara siapa atau apa?
Hutan rimba sirna rambutnya.”

Mujurku hanya lena, seketika.
Sarawak Bahagia Bot Ekspress (Sibu – Kapit)
07 Januari 2012
Frankie Latit

No comments: